Wellcome
Kamis, 28 Mei 2009
KIDS HOSPITAL TOUR
RSUD R. Syamsudin, SH kota Sukabumi mengadakan KIDS HOSPITAL TOUR (KHT) perdana pada tanggal 12 Mei 2009 yaitu kegiatan wisata kesehatan bagi anak sekolah dasar (SD) ke rumah sakit RSUD R. Syamsudin, SH. Kegiatan ini merupakan kegiatan inovasi dari PKRS RS Syamsudin, SH yang bertujuan untuk mengenalkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini dan mengenalkan jangan takut ke rumah sakit ketika sakit.
Rabu, 27 Mei 2009
Orientasi Teknis Pengelolaaan PKRS
Pada tanggal 12-14 Mei 2009 Depkes RI mengadakan orientasi teknis pengelolaan PKRS bagi rumah sakit model yang diselenggarakan di Hotel Permata Bogor. Kegiatan ini diikuti oleh 2 rumah sakit model PKRS yaitu RSUD R. Syamsudin,SH kota Sukabumi dan RS Pasar Rebo Jakarta.
Kegiatan ini memberikan bekal teknis bagi pengelola PKRS dengan pencerahan melalui materi yang disampaikan oleh para pakar promosi kesehatan diantaranya ;
1. Revitalisasi PKRS
2. Health Promotion For Better Hospital
3. Teknik Pengembangan media
4. Teknik Komunikasi
Pada pelatihan ini juga disampaikan progress report pelaksanaan PKRS di rumah sakit model. Hasil evaluasi dari 2 rumah sakit model tersebut. PKRS RSUD R. Syamsudin, SH kota Sukabumi telah mendapatkan kemajuan yang lebih cepat dalam pelaksanaan PKRS.
Orientasi Teknis Pengelolaaan PKRS
Pada tanggal 12-14 Mei 2009 Depkes RI mengadakan orientasi teknis pengelolaan PKRS bagi rumah sakit model yang diselenggarakan di Hotel Permata Bogor. Kegiatan ini diikuti oleh 2 rumah sakit model PKRS yaitu RSUD R. Syamsudin,SH kota Sukabumi dan RS Pasar Rebo Jakarta.
Kegiatan ini memberikan bekal teknis bagi pengelola PKRS dengan pencerahan melalui materi yang disampaikan oleh para pakar promosi kesehatan diantaranya ;
1. Revitalisasi PKRS
2. Health Promotion For Better Hospital
3. Teknik Pengembangan media
4. Teknik Komunikasi
Pada pelatihan ini juga disampaikan progress report pelaksanaan PKRS di rumah sakit model. Hasil evaluasi dari 2 rumah sakit model tersebut. PKRS RSUD R. Syamsudin, SH kota Sukabumi telah mendapatkan kemajuan yang lebih cepat dalam pelaksanaan PKRS.
Senin, 25 Mei 2009
Orientasi Teknis Pengelolaaan PK
Pada tanggal 12-14 Mei 2009 Depkes RI mengadakan orientasi teknis pengelolaan PKRS bagi rumah sakit model yang diselenggarakan di Hotel Permata Bogor. Kegiatan ini diikuti oleh 2 rumah sakit model PKRS yaitu RSUD R. Syamsudin,SH kota Sukabumi dan RS Pasar Rebo Jakarta.
Kegiatan ini memberikan bekal teknis bagi pengelola PKRS dengan pencerahan melalui materi yang disampaikan oleh para pakar promosi kesehatan diantaranya ;
1. Revitalisasi PKRS
2. Health Promotion for Better Hospital
3. Teknik Pengembangan Media
4. Teknik Komunikasi
5. Teknik PKRS
Pada pelatihan ini juga disampaikan progress report pelaksanaan PKRS di rumah sakit model. Hasil evaluasi dari 2 rumah sakit model tersebut. PKRS RSUD R. Syamsudin, SH kota Sukabumi selangkah lebih maju dari RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Jumat, 08 Mei 2009
Rangsangan Puting Susu (Niple Stimulation)
Kembali sebuah judul postingan yang kalau nggak dibaca isinya horor banget kesannya. Tulisan ini teinspirasi dari pasien yang hamilnya sudah lewat dari hari perkiraan lahir. Saat dilakukan KTG, dilakukan juga niple stimulation.Untuk melihat apakah rahimnya sudah sensi serta kemampuan bayi menahan gempuran kontraksi persalinan.
Saat dilakukan niple stimulation tersebut ternyata kontraksinya timbul, kemudian hilang. Maka selanjutnya pada pasien tersebut disuruh melakukannya sendiri dirumah. Besoknya pasien datang kembali dalam keadaan inpartu (akan bersalin), dan persalinannya berlangsung normal.
Niple stimulation sebetulnya merupakan cara induksi (merangsang) persalinan secara alami. Tehnik ini juga bisa mempercepat/memperkuat kontraksi yang sudah ada (akselerasi/augmentasi persalinan). Saat dilakukan niple stimulation, akan keluar hormon yang namanya Oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim, yg dilepaskan oleh tubuh saat payudara dirangsang, Nama lain dari hormon ini adalah LOVE HORMONE, karena hormon ini jelas saja akan banyak keluar saat ML.
Setelah bayi lahir, lepasnya oksitosin sangat berguna untuk pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan paska peersalinan. Disinilah letak rahasianya IMD (inisiasi menyusui dini). Saat nifas hormon ini akan terus keluar dengan rangsangan isapan bayi (atau bapaknya he he he), yang berguna untuk mengecilkan rahim ke ukuran awal sebelum hamil yang dikenal dengan istilah involusi rahim. Jika proses involusi tidak sempurna, maka akan terjadi perdarahan paska melahirkan (hemorrhagia post partum=HPP), suatu kondisi yang sangat berbahaya (life threatening)
Nipple stimulation dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
* Breast pump (pompa payudara)
* Tangan (terutama tangan orang lain/partner jauh lebih baik ketimbang tangan sendiri)
* Dengan mulut (bayi atau partner)
* Shower hangat yang "ditembakkan" ke arah payudara (hati2 yg hamil muda saat mandi dg shower)
Agar oksitosin bisa keluar, maka rangsangan yang dilakukan harus menyerupai isapan bayi. Saat bayi mengisap puting (suckling), bayi tidak hanya menyedot puting, melainkan "ngemut" daerah hitam (yang masih gadis bisa aja warnanya pink hi hi) berbentuk lingkaran disekeliling puting yang disebut areola. Emutan ini lebih mirip suatu gerakan massage.
Nipple stimulation bisa memberikan efek yang kuat, mirip seperti oksitosin buatan (sintetis) yang sering dipakai saat induksi persainan. Karena itu tidak boleh sembarangan rangsang-merangsangnya, terutama buat merangsang persalinan.
Berikut rekomendasi pelaksanaan rangsang-merangsangnya :
* Jangan sekaligus dua payudara yang dirangsang (Only one at a time)
* Rangsang hanya 5 menit, kemudian tunggu 15 menit untuk melihat reaksinya, sebelum melanjutkan lagi.
* Jangan merangsang payudara saat rahim sedang kontraksi.
* Jangan rangsang jika kontraksi sudah tiap 3 menit atau lama kontraksi (durasi) sudah mencapai 1 menit.
Namun demikian walaupun ini cara yang alami, tetap konsultasikan dengan spog masing2. Karena tidak semua kehamilan bisa dilakukan rangsangan alami seperti ini. Yang pasti kehamilannya harus memenuhi syarat untuk dilahirkan normal (pervaginam). Jika tidak memenuhi syarat (misalnya panggul sempit, anak besar, posisi bayi melintang, ari2 menutupi jalan lahir dll) maka tidak boleh dilakukan rangsangan.
Ibu2 yang pernah memakai metode ini mengatakan metode yang paling mudah dan nyaman adalah dengan mempergunakan breast pump. Dianjurkan juga mempergunakan lubrikan (pelincir) agar payudaranya nggak lecet, bagi yang merangsangnya mempergunakan tangan. Selamat rangsang - merangsang....
Rangsangan Puting Susu (Niple Stimulation)
Kembali sebuah judul postingan yang kalau nggak dibaca isinya horor banget kesannya. Tulisan ini teinspirasi dari pasien yang hamilnya sudah lewat dari hari perkiraan lahir. Saat dilakukan KTG, dilakukan juga niple stimulation.Untuk melihat apakah rahimnya sudah sensi serta kemampuan bayi menahan gempuran kontraksi persalinan.
Saat dilakukan niple stimulation tersebut ternyata kontraksinya timbul, kemudian hilang. Maka selanjutnya pada pasien tersebut disuruh melakukannya sendiri dirumah. Besoknya pasien datang kembali dalam keadaan inpartu (akan bersalin), dan persalinannya berlangsung normal.
stimulasi putting susu (Niple stimulation) sebetulnya merupakan cara induksi (merangsang) persalinan secara alami. Tehnik ini juga bisa mempercepat/memperkuat kontraksi yang sudah ada (akselerasi/augmentasi persalinan). Saat dilakukan niple stimulation, akan keluar hormon yang namanya Oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim, yg dilepaskan oleh tubuh saat payudara dirangsang, Nama lain dari hormon ini adalah LOVE HORMONE, karena hormon ini jelas saja akan banyak keluar saat ML.
Setelah bayi lahir, lepasnya oksitosin sangat berguna untuk pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan paska peersalinan. Disinilah letak rahasianya IMD (inisiasi menyusui dini). Saat nifas hormon ini akan terus keluar dengan rangsangan isapan bayi (atau bapaknya he he he), yang berguna untuk mengecilkan rahim ke ukuran awal sebelum hamil yang dikenal dengan istilah involusi rahim. Jika proses involusi tidak sempurna, maka akan terjadi perdarahan paska melahirkan (hemorrhagia post partum=HPP), suatu kondisi yang sangat berbahaya (life threatening)
Nipple stimulation dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
* Breast pump (pompa payudara)
* Tangan (terutama tangan orang lain/partner jauh lebih baik ketimbang tangan sendiri)
* Dengan mulut (bayi atau partner)
* Shower hangat yang "ditembakkan" ke arah payudara (hati2 yg hamil muda saat mandi dg shower)
Agar oksitosin bisa keluar, maka rangsangan yang dilakukan harus menyerupai isapan bayi. Saat bayi mengisap puting (suckling), bayi tidak hanya menyedot puting, melainkan "ngemut" daerah hitam (yang masih gadis bisa aja warnanya pink hi hi) berbentuk lingkaran disekeliling puting yang disebut areola. Emutan ini lebih mirip suatu gerakan massage.
Nipple stimulation bisa memberikan efek yang kuat, mirip seperti oksitosin buatan (sintetis) yang sering dipakai saat induksi persainan. Karena itu tidak boleh sembarangan rangsang-merangsangnya, terutama buat merangsang persalinan.
Berikut rekomendasi pelaksanaan rangsang-merangsangnya :
* Jangan sekaligus dua payudara yang dirangsang (Only one at a time)
* Rangsang hanya 5 menit, kemudian tunggu 15 menit untuk melihat reaksinya, sebelum melanjutkan lagi.
* Jangan merangsang payudara saat rahim sedang kontraksi.
* Jangan rangsang jika kontraksi sudah tiap 3 menit atau lama kontraksi (durasi) sudah mencapai 1 menit.
Namun demikian walaupun ini cara yang alami, tetap konsultasikan dengan spog masing2. Karena tidak semua kehamilan bisa dilakukan rangsangan alami seperti ini. Yang pasti kehamilannya harus memenuhi syarat untuk dilahirkan normal (pervaginam). Jika tidak memenuhi syarat (misalnya panggul sempit, anak besar, posisi bayi melintang, ari2 menutupi jalan lahir dll) maka tidak boleh dilakukan rangsangan.
Ibu2 yang pernah memakai metode ini mengatakan metode yang paling mudah dan nyaman adalah dengan mempergunakan breast pump. Dianjurkan juga mempergunakan lubrikan (pelincir) agar payudaranya nggak lecet, bagi yang merangsangnya mempergunakan tangan. Selamat rangsang - merangsang....
Rangsangan Puting Susu (Niple Stimulatio
Kembali sebuah judul postingan yang kalau nggak dibaca isinya horor banget kesannya. Tulisan ini teinspirasi dari pasien yang hamilnya sudah lewat dari hari perkiraan lahir. Saat dilakukan KTG, dilakukan juga niple stimulation.Untuk melihat apakah rahimnya sudah sensi serta kemampuan bayi menahan gempuran kontraksi persalinan.
Saat dilakukan niple stimulation tersebut ternyata kontraksinya timbul, kemudian hilang. Maka selanjutnya pada pasien tersebut disuruh melakukannya sendiri dirumah. Besoknya pasien datang kembali dalam keadaan inpartu (akan bersalin), dan persalinannya berlangsung normal.
Niple stimulation sebetulnya merupakan cara induksi (merangsang) persalinan secara alami. Tehnik ini juga bisa mempercepat/memperkuat kontraksi yang sudah ada (akselerasi/augmentasi persalinan). Saat dilakukan niple stimulation, akan keluar hormon yang namanya Oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim, yg dilepaskan oleh tubuh saat payudara dirangsang, Nama lain dari hormon ini adalah LOVE HORMONE, karena hormon ini jelas saja akan banyak keluar saat ML.
Setelah bayi lahir, lepasnya oksitosin sangat berguna untuk pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan paska peersalinan. Disinilah letak rahasianya IMD (inisiasi menyusui dini). Saat nifas hormon ini akan terus keluar dengan rangsangan isapan bayi (atau bapaknya he he he), yang berguna untuk mengecilkan rahim ke ukuran awal sebelum hamil yang dikenal dengan istilah involusi rahim. Jika proses involusi tidak sempurna, maka akan terjadi perdarahan paska melahirkan (hemorrhagia post partum=HPP), suatu kondisi yang sangat berbahaya (life threatening)
Nipple stimulation dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
* Breast pump (pompa payudara)
* Tangan (terutama tangan orang lain/partner jauh lebih baik ketimbang tangan sendiri)
* Dengan mulut (bayi atau partner)
* Shower hangat yang "ditembakkan" ke arah payudara (hati2 yg hamil muda saat mandi dg shower)
Agar oksitosin bisa keluar, maka rangsangan yang dilakukan harus menyerupai isapan bayi. Saat bayi mengisap puting (suckling), bayi tidak hanya menyedot puting, melainkan "ngemut" daerah hitam (yang masih gadis bisa aja warnanya pink hi hi) berbentuk lingkaran disekeliling puting yang disebut areola. Emutan ini lebih mirip suatu gerakan massage.
Nipple stimulation bisa memberikan efek yang kuat, mirip seperti oksitosin buatan (sintetis) yang sering dipakai saat induksi persainan. Karena itu tidak boleh sembarangan rangsang-merangsangnya, terutama buat merangsang persalinan.
Berikut rekomendasi pelaksanaan rangsang-merangsangnya :
* Jangan sekaligus dua payudara yang dirangsang (Only one at a time)
* Rangsang hanya 5 menit, kemudian tunggu 15 menit untuk melihat reaksinya, sebelum melanjutkan lagi.
* Jangan merangsang payudara saat rahim sedang kontraksi.
* Jangan rangsang jika kontraksi sudah tiap 3 menit atau lama kontraksi (durasi) sudah mencapai 1 menit.
Namun demikian walaupun ini cara yang alami, tetap konsultasikan dengan spog masing2. Karena tidak semua kehamilan bisa dilakukan rangsangan alami seperti ini. Yang pasti kehamilannya harus memenuhi syarat untuk dilahirkan normal (pervaginam). Jika tidak memenuhi syarat (misalnya panggul sempit, anak besar, posisi bayi melintang, ari2 menutupi jalan lahir dll) maka tidak boleh dilakukan rangsangan.
Ibu2 yang pernah memakai metode ini mengatakan metode yang paling mudah dan nyaman adalah dengan mempergunakan breast pump. Dianjurkan juga mempergunakan lubrikan (pelincir) agar payudaranya nggak lecet, bagi yang merangsangnya mempergunakan tangan. Selamat rangsang - merangsang....
Rabu, 06 Mei 2009
Sabtu, 02 Mei 2009
Pentingnya Jamban di rumah anda
Seberapa penting jamban di rumah tangga??? Coba bayangkan, seandainya di rumah kita tidak ada Jamban atau istilah kerennya WC (Water Closet), kalau mereka yang tidak terbiasa pasti tidak sanggup membayangkannya khususnya mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang bukan pinggiran, tapi bagi mereka yang biasa, ya tidak jadi masalah, toh ada kebun, selokan, atau Jamban terpanjang di Dunia (Pinggiran Sungai yang biasa ada Jamban terapung) dan itu dianggap lumrah.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masayarakat. Sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belum mempunyai uang. Penulis teringat cerita mengenai dana Bantuan Langsung Tuna (BLT) pada saat penulis menonton acara berita di salah satu televisi swasta tanah air mengenai dialog antara Bapak Wakil Presiden yang turun langsung ke masayarakat, ada masyarakat (seorang ibu rumah tangga) yang protes mengenai mengapa dirinya tidak mendapatkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) padahal tahun lalu ibu tersebut mendapatkan dana Bantuan Tunai Langsung (BLT) tersebut, pada saat ditanya kembali oleh Bapak Wakil Presiden kenapa bisa demikian??? Ibu tersebut menjelasakan bahwa petugas survey melihat kalau Jamban atau WC ibu tersebut sudah memakai keramik dan bersih, sedangkan tahun lalu belum dikeramik dan terlihat jorok, selanjutnya Bapak Wakil Presiden langsung mengatakan untuk mendata ulang kembali mungkin ada kriteria miskin yang perlu disepakati.
Melihat kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukan semata faktor keadaan ekonomi. Tetapi lebih kepada belum adanya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal. Cukup yang sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumah tangga. Buat apa jamban yang mewah sementara perilaku buang air besar (BAB) masih tetap sembarangan. Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk membuat atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru cenderung memanjakan masyarakat.
Program pembangunan jamban yang dilakukan selama ini kurang optimal khususnya dalam membangun perubahan perilaku masyarakat. Pendekatan yang dilakukan mempunyai karakteristik yang berorientasi kepada konstruksi atau bangunan fisik jamban saja, tanpa ada upaya pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang memadai. Selain itu desain jamban yang dianjurkan seringkali mahal bagi keluarga miskin. Subsidi material tidak dapat dilanjutkan baik oleh pemerintah maupun oleh donor. Akhirnya proyek tidak efektif menjangkau kelompok masyarakat miskin. Jamban dibangun, tetapi seringkali tidak digunakan masyarakat.
Salah satu komitmen Depkes pada tanggal 21 Agustus 2008, di Jakarta, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.J(PK) membuka Konferensi Nasional Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (Konas PAM-RT) dan meluncurkan 10.000 desa kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal yang patut kita dukung bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diharapkan terbentuknya Tim Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam membangun kesadaran dan peran serta dari masyarakat yang bekerjasama dengan tokoh masyarakat lintas sektor dengan melakukan sosialisasi mengenai akibat buruk dari kebiasaan BAB sembarangan baik dari rasa malunya, rasa jijik, harga diri, segi agama dan juga kesehatan.
Sosialisasi ini tidak hanya dilakukan di tempat dan hari-hari tertentu dan bukan hanya pada kelompok masayarakat tertentu, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Dan faktor terpenting adalah individu dalam rumah tangga sebagai kelompok terkecil dari masyarakat. Prinsip pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tidak menerapkan adanya bantuan finansial atau subsidi secara langsung kepada rumah tangga. Akhirnya penulis menyampaikan mari lakukan Perilaku Hidup Bersih dan sehat dengan membangun Jamban di Rumah Tangga, tidak perlu mahal dan berkesan mewah tetapi memenuhi syarat kesehatan “Kalau Bukan Kita Siapa Lagi, Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi”.
Ayo cuci tangan pake sabun
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun terkesan merupakan suatu hal yang sangat sederhana. Hal yang sangat lumrah kita lakukan.
Tapi mari kita lihat informasi dari website Depkes berikut : berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya pada tahun 2006 - walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan pascabuang air besar, hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapkan makanan.
Lalu apa makna statistik di atas? Tentu bisa disadari bahwa tangan kita merupakan alat tubuh yang paling efektif untuk digunakan memegang sesuatu, sehingga bisa dibayangkan juga berapa banyak benda-benda yang tersentuh oleh tangan kita setiap hari, misalnya pada kegiatan-kegiatan umum yang disurvei di atas. Jadi jika tangan kita tidak bersih tentu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, banyak kuman penyakit yang bisa menempel pada tangan dan masuk ke tubuh.
Kemudian mencuci tangan dengan air saja, ternyata juga tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Walapun tangan bisa saja terlihat bersih tapi kuman yang menempel tidak bisa dihilangkan dengan air saja. Dengan demikian perlu bahan pembersih tambahan yang dapat menghilangkan kuman, yang paling sering kita gunakan dan mudah kita dapatkan tentu adalah sabun. Hanya dengan tindakan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah berbagai penyakit infeksi seperti diare, cacingan, ISPA, bahkan sampai dengan flu burung juga.
Dengan demikian kampanye gerakan CTPS tentu masih sangat relevan untuk digiatkan lagi dan kita dukung bersama. Hal ini sebenarnya sudah beberapa lama dilaksanakan, gerakan nasional CTPS telah dicanangkan oleh Menkes sejak tahun 2006 dan program PHBS juga telah mencantumkan mencuci tangan pakai sabun sebagai salah satu indikator keberhasilan program.
Hal ini juga mendapat perhatian di level international. Contohnya di website CDC dapat dilihat dukungan untuk Clean Hands Coallition dengan motto “Clean Hands Save Lives!“.
Dengan demikian kami juga mengajak siapa saja yang membaca tulisan ini untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan untuk ikut mengkampanyekan gerakan ini kepada siapa saja, khususnya tentu bagi orang-orang yang dekat dengan kita .
RSUD R. Syamsudin, SH Siap Menerima Pasien Flu Babi
Kami mengajak kepada masyarakat untuk mencegah terjangkitnya flu babi yang semakin hari semakin mengancam dengan cara ;
1. Mencuci tangan secara rutin dan sering sebelum dan sesudah memegang sesuatu/ aktifitas
2. Menutup mulut dan hidung jika batuk/ bersin
3. Berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kenali tanda gejala flu babi yaitu :
1. Demam
2.Batuk
3. Pilek
4. Diare
5. Mual muntah
Segera bawa ke pelayanan kesehatan jika merasakan hal tersebut diatas.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati